Only human. Wanna be better.



Friday, July 22, 2011

SEHARUSNYA MANTAN TETAPLAH MANTAN




Mantan suami, mantan istri, mantan pacar…
Gelar ini adalah gelar yang paling mudah mendapatkannya.
Namun paling sulit mengembannya.
Dan jangan harap bisa melepaskannya.


Terkadang manusia, sebagai makhluk yang (harusnya) paling sempurna dibanding makhluk ciptaan ALLAH lainnya,
lebih senang memilih sesuatu yang lebih mudah.
Terserah nanti bagaimana. Maka tak jarang yang memaksa berhenti sebelum akhir.
Dengan segala kebenaran yang (mungkin) pembenaran.

 Mungkin lupa, yang mudah diraih itu belum tentu mudah dijalani.

Seharusnya mantan tetaplah mantan.
Dia hidup di alam lain bernama “masa lalu”.
Alam yang berisi hal-hal yang “pernah”.
Bukanlah “sedang”.
Apalagi “akan”.

Sesuatu yang “pernah” dilalui, jka dirasa menyenangkan atau sebaliknya menyakitkan,
akan membekas di kepala.
Kepala inilah (sebagai suatu wadah yang memiliki fasilitas paling elite bernama Otak) 
yang menjadi andalan bagi para ”masa lalu” bersarang.

The power of memory.

Fact about human brain memory:
The human brain consists of about one billion neurons. Each neuron forms about 1,000 connections to other neurons, amounting to more than a trillion connections. If each neuron could only help store a single memory, running out of space would be a problem. You might have only a few gigabytes of storage space, similar to the space in an iPod or a USB flash drive. Yet neurons combine so that each one helps with many memories at a time, exponentially increasing the brain’s memory storage capacity to something closer to around 2.5 petabytes (or a million gigabytes). For comparison, if your brain worked like a digital video recorder in a television, 2.5 petabytes would be enough to hold three million hours of TV shows. You would have to leave the TV running continuously for more than 300 years to use up all that storage.
Paul Reber, professor of psychology at Northwestern University
–scientific American-
Otak manusia terdiri dari sekitar satu miliar neuron. Setiap neuron membentuk sekitar 1.000 koneksi ke neuron lain, sebesar lebih dari satu triliun koneksi. Jika setiap neuron hanya bisa membantu menyimpan memori tunggal, akan menjadi masalah karena kehabisan ruang untuk mengingat.
Anda mungkin hanya memiliki beberapa gigabyte dari ruang penyimpanan, mirip dengan ruang dalam sebuah iPod atau USB flash drive. Namun neuron menggabungkan sehingga masing-masing membantu dengan banyak ingatan pada suatu waktu, secara eksponensial meningkatkan kapasitas penyimpanan memori otak sampai mendekati jumlah sekitar 2,5 petabyte (atau satu juta gigabyte). Sebagai perbandingan, jika otak Anda bekerja seperti perekam video digital dalam televisi,
2,5 petabyte akan cukup untuk menampung 3 juta jam acara TV. Anda akan harus menyalakan TV  terus menerus selama lebih dari 300 tahun untuk menayangkan semua penyimpanan.
Segala macam hal yang apapun istilahnya ; memory, ingatan, kenangan
merupakan hasil karya sang Otak, dengan menayangkannya di masa kini. Atau nanti.

Lalu sang Otak akan men-transfer tayangan tersebut, untuk kemudian diolah oleh teman setianya.
Sarangnya para perasaan.

Hati.
Dalam makna konotasi.
 Semua manusia meyakini (ralat, hampir semua) bahwa sesuatu yang bernama “Hati” 
berperan sebagai hakim dari kebanyakan kasus dilemma.
Disaat putih dan hitam menjelma abu-abu.

Di dalam hati inilah dengan perlahan namun pasti,
sesuatu yang “pernah” dilalui diam-diam merayu untuk kembali menjadi sesuatu yang “sedang” terjadi.
Hingga akhirnya kenangan pahit itu mengembangkan sayapnya menari-nari dan menggerayangi karena berhasil menguasai trauma.
Sedangkan kenangan manis akan membusungkan dadanya.
Mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.
Karena sebentar lagi ia akan berubah menjadi sesuatu yang “akan” terjadi.

Sah-sah saja kan yang lalu hadir kembali?
Toh hidup inipun bergerak looping.
Air naik ke awan, awan menurunkan hujan,
hujan menyatu dengan laut,
untuk siap-siap lagi menguap ke awan.

Semua yang bernama “masa lalu’ “sekarang” dan “nanti”pun
berlaku karena adanya system waktu di dunia.
Tapi adakah sebenarnya waktu itu sendiri?
Itu hanyalah fasilitas untuk mempermudah manusia yang memiliki keterbatasan.
Agar selalu ingat, yang BERLALU biarlah berlalu.
NANTI kita tidak tau pasti.
SEKARANG inilah yang perlu kita hadapi.

Maka seharusnya mantan tetaplah mantan.
Yang hadir di masa lalu. Juga tak hilang dimakan waktu.
Keberadaannya bukanlah sesuatu yang memberatkan.
Pun tidak membatasi ruang gerak (yang hanya akan menyulitkan manusianya untuk mengembangkan diri)

Terakhir, maafkan aku jika terlalu sok tau.
Jangan anggap tulisan ini sebagai hujatan ataupun ajaran.
Ini hanyalah persepsi versi otak dan hatiku.
Ingatkan aku jika salah.
Karena aku hanya manusia yang pada dasarnya ingin menjadi lebih baik.
Mungkin caranya saja yang belum tentu baik.






No comments:

Post a Comment